Powered By Blogger

Jumat, 07 Februari 2014

Sebulat Lolipop dalam Duniaku

Bismillahhirrahmanirrahim..
        
 
        Seingat aku ini satu-satu nya atau tulisan pertama ku yang diawali dengan kata basmalah , karna pada saat ini aku ingin bercerita kepada Allah. Aku sedang kebingungan harus kepada siapa aku adukan segala kekecewaan dan kesedihan hati karena nya. Teman-teman memang sudah baik karna mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan segala celoteh hati. Namun , aku sering merasa berdosa karna terkadang lupa  jika teman-teman tidak hadir menemani hariku , aku sering kali merasa sepi padahal aku tidak pernah sendiri. Allah tidak akan pernah membiarkan ku sendiri. Allah tidak akan pernah meninggalkanku jika aku selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Subhanallah..
            Siapa yang ingat kapan terakhir kali kalian menjilat sebuah lolipop gepeng yang berukuran besar dengan warna indah di tiap rotasinya? Iya , warna indah itu sering kali di padu padankan antara warna yang gelap dengan warna yang terang. Mungkin itu menjadi nilai estetika dalam kehidupan. Mungkin itu juga yang menjadi nilai estetika dimata Tuhan untuk menjadikan kehidupanku lebih indah lagi. Segala kebahagiaan tidak pernah bertahan lama , karena Tuhan pun siap menyelingi tawaku dengan segala kegundahan hati. Namun kesedihan pun tidak bertahan lama karna Tuhan seakan-akan siap untuk tersenyum mengirimkan sejumlah tawa dari kejutan takdirnya. Semuanya setimpal bagiku. Jika aku bersedih yang sangat teramat sedih dan menderita aku tidak akan sembarangan mencaci maki jalan hidup yang Tuhan berikan , aku intropeksi yaaa flashback lah bagaimana kebahagiaan yang pernah Tuhan berikan juga? Wah kebahagiaan yang sangat teramat membuat ku berjalan di udara menjelajah ke tiap galaksi yang tidak nyata. Jadi aku pun menerima kesedihan ini , karena setimpal dengan apa yang pernah aku dapatkan dulu juga. Aku pun bertualang lebih jauh ke masa di belakang teringat akan kesedihan sebelumnya. Itu menjadikan aku lebih termotivasi lagi “dulu saja aku bisa mengatasi kegalauan , ya dulu saat aku lebih kecil di banding sekarang. Jadi apa alasan nya hingga aku harus terpuruk dan menangisi segala kegalauan yang datang pada saat ini? Padahal sekarang aku sudah lebih dewasa. Aku sudah mulai tumbuh menjadi remaja cantik. Dia bukanlah satu-satu nya alasan aku berbahagia”
            Iya , cinta memang berwarna. Saking menyilaukan nya hingga membuat kita tidak bisa melihat dengan baik. Seperti saat kita baru bangun tidur pada sore hari , semuanya remang membuat kita sempoyongan. Dan cinta yang redup tak jauh berbeda dengan situasi mati lampu. Pihak PLN terkadang tiba-tiba saja mematikan listrik , sama seperti dia yang tiba-tiba pergi , tiba-tiba menghilang , tiba-tiba memadamkan senyum ku. membuatku berjalan ragu ke arah mana menuju cahaya? Sehingga aku bisa berpikir lebih baik dan menilai semuanya dengan prasangka baik. meski aku tau semuanya sudah Allah atur. Aku hanya perlu memainkan nya saja.
            Baik , dalam barisan tulisan yang mungkin tidak jelas apa isinya , aku akan menutup nya dengan ucapan terimakasih. Terimakasih karna Allah sudah bersedia mendengarkan doa ku bahkan mengabulkan nya. Terlalu banyak cerita tentang Allah yang sudah menwujud nyatakan harapanku. Terlalu banyak doa yang sudah Allah dengar. Hanya saja di akhir tulisan ini aku meminta kepada-Mu , jaga dia. Dia yang sudah mengecewakanku , beri kekuatan padaku untuk bisa tetap mencintainya hingga mungkin dia luluh dan menyambut hati ku. atau jika memang tidak akan pernah ada takdir untuk aku bisa bersama dia, ajari aku untuk mengikhlaskan segala waktu yang aku sisihkan untuk memikirkan nya , untuk mendoakannya , untuk memerhatikan nya , untuk segala waktu yang aku lewati dengan tanpa pernah lupa akan hadirnya , yang berakhir tanpa balasan. Tak apa , aku tulus melakuakn semua itu. tulus. Karna ini semua kemauan hati , tanpa paksaan. Tanpa harapan balasan. Dan tunjukkan padaku bagaimana caranya untuk memaafkan segala kesedihan hati yang dia ukir dalam jiwa yang paling dalam ini.

Tuhan bantu aku untuk bisa tetap tersenyum menahan luka saat dia mengukir kepedihan dalam hati juga pikiranku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar